Harga bbm sudah mau naik, konsekuensinyaharga kebutuhan
pokok yang smber hulunya menggunakan bbm pastinya akan mengikut naik, namun apa
yang terjadi jika semua naik, sementara pendapatan masyarakat tidak juga ikut
naik di sebabkan oleh umr yang tidak naik. Kalaupun naik maka perbandinganya
tidak signifikan. Maka kesengsaraan yang akan
menimpa masyarakat.
Ditambah dengan
proses kenaikan yang memakan waktu panjang, sehingga menimbulkan
spekulan-spekulan kelas teri yang mencoba meraup keuntungan dengan
menimbun bbm , masyarakat kecil mencoba
menimbun hanya beberapa jerigen, masyarakat kelas menengah menimbun dengan
beberapa drum, masyarakat keleas menengah keatas menimbun beberapa tangki, kelas kakap menimbun beberapa kapal. Maka habislah
BBm ditimbun oleh sekelompo masyarakat
yang menjadi spekulan dadakan. Atau sekelompo orang yang mencoba utuk meraup keuntungan
sesaat. TAnpa memikirkan orag lain.
Disisi lain, masyarakat kecil di ajak terus untuk berdmo,
mahasiswa diajak untuk berdemo, polisi menjaga demo agar tidak rebut, pihak
pertamina sibuk sosialisasi, sebagian politisi sibuk menolak , sebagaian politi
setujua. Siapa yang bruntung dan siapa yang rugi.
Pendemo mendapat sebungkus nasi, pihak pertamina dapat uang sosialisasi, Polisi yang menjaga dapat uang PAM dan uang
makan, politisi dapat amplop ketika sidang masalah BBM, dapat nama karena
mengatas namakan rakyat.
Lalu kalau lah semua
orang yang sibuk demo dan menolak itu, menjadi bagian dari pemerintah
apakah tidak melalukan hal yang sama dengan menaikan BBM. Coba presiden siapa di Indonesia yang tidak menaikan BBM.
Intinya mari seluruh rakyat Indonesia jalani seluruh
kehidupan kita dengan tentram, masalah Negara biar Negara yang ngurus, masalah
kita, ya kita yang ngurus. jangan kita minta di urus sama orang atapun mengurusi orang lain, seentara kita tidak mengurus diri kita sendiri. Biar Indonesia hidup damai tenang dan tidak ada lagi
keributan… YUK…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar