PERILAKU SOSIAL INDIVIDU
Psikologi sosial adalah cara kita berpikir,
merasa, dan bertindak dalam lingkungan sosial, dan pengaruh lingkungan sosial
terhadap perasaan dan tindakan itu sendiri. Psikologi sosial mendasarkan
pendekatannya pada pengamatan prilaku manusia:
1. Prilaku merupakan fungsi dari orang dan
situasinya, pada poin ini mengkhususkan telaahan tentang perbedaan-perbedaan
individu dalam bertindak dalam situasi yang sama
2. Yang mendasari psikologi sosial adalah jika
seseorang menentukan situasi sebagai suatu hal yang nyata, artinya orang tidak
hanya akan bereaksi pada objek tetapi penafsiran terhadap objek itu sendiri.
Karena alasan ini psikologi sosial berkaitan dengan proses penghayatan sosial
dan penafsiran sosial. Kita dapat mulai memahami prilaku sosial seseorang
melalui pemahaman tentang pengolahan informasi sosial yang kita peroleh.
Setiap interaksi sosial akan menimbulkan dua
pertanyaan. Bagaimana orang ini dan mengapa orang ini berprilaku seperti itu.
Pertanyaan pertama berkenaan dengan pembentukan kesan, pertanyaan kedua
menyangkut atribusi kausal yaitu menghubungkan prilaku seseorang dengan
berbagai sebab. Skema adalah struktur
ingatan yang disederhanakan dan proses untuk mendapatkan skema itu disebut
pengolahan skematik atau bagaimana menafsirkan informasi yang masuk yang
menyebabkan kita dapat mengorganisasi dan
sejumlah besar informasi denghan secara efesien.
Pada saat kita mengenal seseorang
lebih jauh kita akan mengganti skema yang abstrak dengan skema yang lebih
khusus tentang orang itu. Instruksi untuk membuat suatu kesan menyebabkan harus
mencari beberapa skema yang relevan yang akan membantu mengorganisasi dan
mengingatnya lebih baik.
Informasi pertama yang kita terima
mempunyai dampak yang lebih besar terhadap kesan keseluruhan kita yang disebut
dengan dampak primasi. Dampak primasi dapat dihambat dengan memberi peringatan
pasa subjek tentang resiko membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak
cukup. Proses seperti ini kadang-kadang mengakibatkan dampak kebaruan (recency
effect).
STREOTIP
Stereotip adalah skema tentang kelompok yang
sudah dikenal secara teadisional, dan menimbulkan bias yang tidak sedikit.
Stereotip yang berubah merupakan dampak wajar dari cara berpikir kiita yang
normal, maka upaya untuk mengubah stereotip dengan hanya meningkatkan jumalh
perjumpaan tidak akan terlalu berarti masalahnya sekarang adalah apakah ada
kondisi yang menyebabkan stereotipdapat berubah sedemikian rupa sehingga
menghasilkan kenyataan baru.
Dalam kajian para ahli psikologi
sosial ada lima kondisi utama yang harus ada sebelum prasangka (Streotip
negatif ) dapat terhapus:
1. Status yang sama antara kedua belah pihak
yaitu agar skema dapat berubah menganggap tidak perbadaan diantara mereka
2. Potensi untuk mengenal secara pribadi, orang
yang mengenal secara pribadi akan menimbulkan penerimaan yang lebih besar dan
menghilangkan prasangka.
3. Kondisi yang ketiga adalah individu yang
berprasangka menerima paparan tentang para individu yang stereotip, mereka
menyadari bahwa banyak hal yang sama dengan dirinya aspirasi, kesungguhan,
serta sikap terhadap tempat mereka bekerja.
4. Dukungan sosial bagi kontak antar kelompok.
Kontak kelompok lebih mungkin mengurangi prasangka jika lingkungan sosial
sekitarnya menghargai kesamaan, perlakuan jujur dan kontak antar kelompok
5. Upaya kerja sama, salah satu faktor yang
paling penting untuk mengurangi prasangka adalah situasi yang mengharuskan dua
individu atau dua kelompok bekerja sama
dalam rangka mencapai tujuan bersama yang diinginkan.
MENJELASKAN PRILAKU PIHAK LAIN ATAU
ATRIBUSI KAUSAL
Atribusi adalah proses bagaimana kita mencoba
menafsirkan dan menjelaskan perilaku orang lain.membentuk kesan tentang orang
lain merupakan salah satu kegiatan utama dalam berinteraksi sosial. Kegiatan
yang lain adalah memahami makna dan sebab prilaku mereka. Setiap kasus yang
menimbulkan masalah atribusi kita melihat adanya beberapa prilaku dan kita
harus menyimpulkan sebab dari prilaku itu sendiri. Menurut hukum kovarian
menyatakan bahwa perilaku berkaitan dengan variabel yang tampaknya
berkovari(ada secara bersama-sama)Apakah dampak datang dan hilangnya sebab yang
diduga (penyebab) sejalan dengan keadaan
yang ada disebut dengan hukum kovarians. Ada tiga kriteria hukum kovarians :
1. Kriteria kekhususan yaitu stimulus yang diduga
merupakan sebab diambilnya keputusan atau penyebab dari pada masalah.
2. Kriteria keajekan yaitu gejala yang dianggap
sama setel;ah beberapa waktu diperhatikan.
3. Kriteria konsensus yaitu pendapat yang
mengatakan bukan satu-satunya tapi merupakan hal yang sama terhadap stimulus yang juga terdapat pada
orang lain.
KAEDAH PENGABAIAN
Baik fenomena alami maupun prilaku manusia
seringkali mempunyai sebab ganda. Bila kita melihat seseorang atlit
mempromosikan sejenis makanan ditelevisi, kita tahu bahwa atlit tersebut
dibayar untuk menyatakan bahwa makanan yang dipromosikan itu enak bukan karna
makanan itu benar-benar enak. Kita tahu bahwa dia dibayar makanya kita
mengabaikan sikap atlit tersebut. Kita simpulkan bahwa kita tidak tahu apa-apa
tentang perasaan yang sebenarnya dari atlit tersebut. Srategi ini disebut
dengan kaedah pengabaian (discaunting rule) atau dengan kata kita cendrung
mengabaikan peran suatu sebab tertentu jika ada sebab lain yang masuk akal.
BIAS DISPOSISI DALAM ATRIBUSI
Salah satu kegiatan utama yang kita hadapi
setiap hari adalah menentukan apakah prilaku seseorang yang diamati
mencerminkan sesuatu yang khas tentang orang itu. Pertama disebut atribusi
internal (atribusi disposisi) yaitu
menyimpulkan bahwa sesuatu tentang orang tersebut tentang apa yang kita lihat(Atlit
itu suka makanan tersebut karena memang suka), kita cendrung memberi bobot
terlalu berat pada faktor disposisi sedikit sekali pada faktor situasional. Ini
disebut kesalahan atribusi yang mendasar
Yang kedua adalah Atribusi eksternal (atribusi
situasional) Yaitu penyebab prilaku sesorang disebabkan oleh hal diluar dari
diri seseorang(Atlit itu suka makanan itu karena uang misalnya).Atribusi modren
menurut Fritz Heiden menyatakan bahwa nilai luar yang terlihat kurang
memberikan arti terhadap peristiwa yang disekitarnyaatau tidak memperhitungkan
prilaku yang situasional, ahli psikologi memberikan istilah bias untuk atribusi
ketimbang situasional.
PERSEPSI DIRI DAN ATRIBUSI
Proses persepsi adalakalanya kita salah Yaitu
penilaian tentang diri sendiri, kita mempunyai skema diri terstruktur tentang
kepribadian diri sendiri. Dalam proses persepsi
adakalanya kita salah dalam menilai perilaku orang lain karena melakukan
kesalahan atribusi mendasar, yaitu adanya bias disposisi.
ATRIBUSI DIRI DAN PEMBENARAN YANG
TIDAK MEMADAI
Kita juga kadang kala melihat prilaku kita dan
keadaan sekitar kita untuk menentukan perasaan dan keyakinan kita tetapi hal
ini kadang kala perasaan internal tidak begitu kuat dan terdorong untuk
berperan sebagai pengamat luar hal ini sdisebut dengan atribusi diri dan
pembenaran yang tidak memadai.
Teori presepsi diri beranggapan bahwa kita
harus sering memutuskan apakah kita memberi atribusi pada prilaku kita
merupakan watak kita sendiri atau oleh dorongan situasi. Teori presepsi diri
berasumsi bahwa para subjek melihat prilaku mereka dan sekaligus harus
memecahkan masalah.
Dampak
pembenaran berlebih seorang dapat menyebabkan melakukan kesalahan atribusi
mendasar tentang prilaku mereka dengan memberi pembenaran yang tidak memadai
atau yang berlawanan dengan memberikan dampak pembenaran yang berlebihan.
PELAKU DAN PENGAMAT
Perbedaan
antara atribusi pelaku dan atribusi pengamat adalah :
1.
Pelaku mempunyai
kelebihan informasi internal dan informasi historis tentang diri mereka
2.
Pelaku lebih
berpeluang untuk mengetahui maksud, sikap dan emosi mereka sendiri
3.
Pelaku lebih
berpeluang menilai keajekan dan kekhususan prilaku dalam berbagai situasi
Dari
sudut pengamat :
1.
Pengamat dengan
sendirinya memusatkan pada aktor dan perhatian khusus pelaku.
2.
Pengamat
menjelaskan prilaku pelaku dengan mengacu pada watak internal.
3.
Pengamat lebih
banyak membuat atribusi disposisi.
Adalah
hal yang masuk akal bila menghubungkan keberhasilan kita dengan faktor internal
dan mengaitkan kegagalan dengan faktor eksternal.
SIKAP
Sikap merupakan rasa
suka atau tidak suka terhadap aspek lingkungan yang dikenal, orang, benda,
peristiwa atau pikiran . Para pakar
phisikologi social mengkaji sikap sebagai komponen dari system yang terdiri
dari tiga bagian, yaitu :
a.
Keyakinan mencerminkan komponen kognitif
b.
Sikap merupakan komponen afektif
c.
Tindakan mencerminkan komponen perilaku
Penelitian tentang
sikap telah diarahkan pada 2 masalah utama, masalah pertama berkaitan dengan
keajekan diantara keyakinan, sikap dan prilaku seseorang dan yang kedua
berkaitan dengan cara yang dapat mengembangkan dan mengubah sikap
KEAJEKAN
KOGNIITF
Permis dasar teori
keajekan kognitif ialah bahwa semua orang berusaha agar keyakinan, sikap, dan
perilakunya tetap ajek dan bahwa tindakan yang tidak ajek berfungsi sebagai
pengganngu atau stimulus yang memotifasi kita agar mengubah keyakinan, sikap,
dan prilaku sehingga terbentuk paket yang saling bergantian bila tidak dapat
dikatakan logis.
a.
Keajekan diantara berbagai keyakinan
Salah satu telaah
mutahir tentang keajekan kognitif mengkaji kadar sejauh mana seperangkat
keyakinan memang mengikuti kaedah formal.
Keyakinan atas
proposisi yang secara eksplisit disebutkan dalam pesan persuasive sebagaimana
yang diharapkan, terdapat perubahan yang
juga signifikan, sekalipun lebih kecil, pada keyakinan yang lebih besar dalam
kesimpulan yang tidak disebutkan – sebagai hipotesis keajekan kognitif yang
akan diramal.
b.
Keajekan sikap
Pengamatan bahwa
berbagai sikap tampaknya bertalian, karena sikap tersebut berasal dari
seperangkat inti nilai telah dikaji secara mendalam oleh Milton Rokeach ( 1968,
1973). Rokeach member batasan nilai sebagai sikap dasar terhadap berbagai
bentuk perilaku yang luas (seperti keberanian, kejujuran, persahabatan) atau
beberapa kadaan tujuan kehidupan tertentu (seperti persamaan, keselamatan,
kebebasan, pemenuhan diri). Jadi nilai
adalah semacam sikap, tetapi mengacu pada tujuan dan bukan alat pencapai
tujuan.
c.
Keajekan antara keyakinan dan sikap
Keajekan antara
keyakinan dan sikap kita merupakan hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari
d.
Keajekan antara sikap dan perilaku
Alasan utama untuk
mempelajari sikap adalah harapan bahwa sikap tersebut memungkinkan kita meramal
perilaku. Perilaku ditentukan oleh
banyak factor, sedangkan factor sikap hanya merupakan salah datu faktornya dan
factor ini mempengaruhi keajekan sikap – perilaku. Salah satu factor yang nyata adalah tingkat
kendala dalam situasi : kita sering kali harus bertindak dengan cara yang tidak
sesuai dengan apa yang kita rasakan atau yang kita yakini.
Kekuatan dan keajekan
sikap seseorang juga menentukan seberapa baik hal tersebut dapat meramalkan
perilaku mereka.
Dari Perilaku
ke Sikap: Teori Disonansi Kognitif
Teori disonansi
kognitif mengemukakan bahwa bila tindakan seseorang tidak ajek dengan sikapnya,
ketidaksenangan yang diakibatkan oleh disonansi ini menyebabkan orang tersebut
mengubah sikapnya agar sejalan dengan tindakannya.
Teori
Disonansi versus Teori Perspsi Diri
Teori persepsi diri
menyatakan bahwa sikap awal seorang tidak relevan dan tidak ada ketidaksenangan
yang dihasilkan oleh perilaku tersebut.
Teori persepsi diri mengajukan penafsiran alternative untuk telaah yang
memasalahkan perilaku sebagai penentu sikap: orang-orang mengamati perilaku
mereka sendiri dan menyimpulkan bahwa mereka harus menetapkan sikap yang
terkandung dalam tindakannya.
DAYA TARIK
ANTARPRIBADI
Dari seluruh sikap
kita, yang terpenting mungkin adalah sikap kita terhadap orang lain. Beberapa hasil penemuan menguatkan pendapat
yang umumnya telah ada tentang menyukai dan mencintai, tetapi beberapa penemuan
lain menghasilkan sejumlah kejutan yaitu ; daya tarik (liking) yaitu
persahabatan dan tahap awal dari hubungan yang lebih intim atau cinta.
Hal-hal yang
menentukan daya tarik
a.
Kedekatan
b.
Keakraban
c.
Kesamaan
d.
Daya tarik fisik
Hipotesis
Perjodohan
Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, daya tarik fisik tidak begitu memainkan peran yang penting
pada waktu orang mencari jodohnya untuk perkawinan. Dalam memilih jodoh orang cenderung
menjatuhkan pilihan pada orang yang mempunyai penampilan yang hamper serupa.
Fenomena pencarian
jodoh ini biasanya diterangkan melalui teori nilai harapan (expecatancy value
theory) dalam pengambilan keputusan.
Analisis ini menunjukkan bahwa orang yang tidak begitu menarik akan
mencari orang yang tidak begitu menarik karena mereka beranggapan akan ditolak
bila harapannya terlalu tinggi. Hasil
keseluruhan proses bursa jodoh ini adalah penyesuaian daya tarik.
Cinta
Proses yang terjadi
dalam perkembangan hubungan dari rasa suka menjadi keintiman yang lebih tinggi
disebut penetrasi social. Hal yang pokok
dalam penetrasi social ini adalah penyingkapan diri timbal balik. Penyingkapan diri sepenuhnya dalam waktu
relative lebih singkat diantaranorang-orang yang bercinta yang lebih umum
terjadi dewasa ini dibandingkan dengan saat yang silam.
Pengamatan silang
budaya menunjukkan bahwa kekuatan yang mempertahankan hubungan baik dalam
jangka waktu panjang tidak begitu banyak berkaitan dengan intensitas cinta
romantic dibandingkan dengan kominikasi antara suami istri, pembagian kerja
yang wajar, dan kesamaan hak dalam pengambilan keputusan.
PENGARUH SOSIAL
Psikologi sosial merupakan telaah tentang cara
kita berpikir, merasa dan bertindak dalam lingkungan sosial sebaliknya,
bagaimana pengaruh lingkungan sosial terhadap pikiran, perasaan dan tindakan
kita.
Pengaruh
sosial memberi konotasi suatu upaya yang sengaja dilakukan beberapa orang atau
kelompok untuk mengubah pendapat atau mengganti prilaku contoh :
1.
Siaran iklan
untuk mempengaruhi keputusan kita dalam membeli sampai pada upaya yang lebih
dramatis untuk meyakinkan konsumen
2. Usaha yang lebih dramatis lagi adalah usaha
keagamaan untuk mempengaruhi para remaja meninggalkan sekolah dan keluarganya
untuk mengabdikan dirinya pada misi yang lebih tinggi (hal ini terjadi di
Amerika Serikat)
PENGARUH LINGKUNGAN
Pengaruh lingkungan berpengaruh pada prilaku
yang tidak begitu kita ketahui, kebanyakan dampak sosial akibat pengaruh
lingkungan ini disebabkan oleh :
1.
Norma sosial
2.
Hukum yang tidak
tertulis
3.
Perkiraan tentang
apa yang harus ada dalam pikiran kita dan bagaimana seharusnya berprilaku.
Norma sosial mengajarkan kita untuk melihat
kita kedepan, contohnya bila kita sedang naik tangga atau berjalan kita harus
lihat kedepan. Norma sosial juga menumbuhkan dan mempertahankan ideologi yang
ada di masyarakat seperti rasisme, seksisme.Bentuk pengaruh tersebut sering
kali disebabkan oleh norma sosial yang tidak jelas yang kita patuhi tanpa kita
sadari.
Dampak yang diakibatkan oleh hadirnya orang
lain secara fisik dan kemudian membahas beberapa bentuk pengaruh yang semakin
condong pada norma sosial dan pengharapan sosial. Pengaruh sosial merupakan hal
yang sentral dalam interaksi manusia dan kehidupan bermasyarakat. Kerja sama
lingkungan, altruisme (sifat memperhatikan kepentingan orang lain) dan cita
secara keseluruhan menyangkut pengaruh sosial. Akan tetap kita akan
menyampingkan fenomena seperti itu dan memusatkan perhatian pada pengaruh yang
menyebabkan kita gundah. Selain itu untuk alasan sosial dan historis para pakar
psikologi juga telah menekankan untuk menyelidiki pengaruh sosial yang
menimbulkan kegelisahan masyarakat. Prinsip pengaruh sosial dapat menimbulkan
dampak negatif sama dengan prinsip yang dapat menimbulkan kepekaan masyarakat
terhadap berbagai masalah sosial dan dapat menanggulanginya secara efektif.
Kehadiran orang lain dapat diharapkan akan mempermudah :
1.
Kemudahan sosial,
beberapa telaah yang menggunakan subjek manusia juga menguatkan teeori mengenai
kemudahan sosial. Telaah semacam ini merupakan analogi langsung dari telaah
lipas yang mengungkapkan bahwa subjek manusia dapat mempelajari seluk beluk
yang rumit bilamana ada penonton dibandingkan bila mereka melakukannya tanpa
kehadiran orang lain
Banyak terbukti dampak pada manusia tidak
hanya disebabkan oleh perasaan bersaing atau yang berkaitan dengan adanya
evaluasi dari orang lain yang akan meningkatkan tingkat dorongan. Peniliti
mengungkapkan bahwa kehadiran oorang
lain memudahkan pelaksanaan kegiatan yang telah terbiasa dikerjakan akan tetapi
akan memperlambat pelaksanaan kegiatan yang tidak biasa dikerjakan/dilakukan.
2.
Deindividuasi dan
prilaku kerumunan.
Menurut Gustave Lebon mengambil sikap yang
tidak mengenai Koaksi kelompok dalam bukunya “The Crowd”(1895), ia mengemukakan
bahwa kelompok selalu lebih rendah (inferior) secara intelektual dibandingkan
dengan individu, orang dalam kelompok /kerumunan bersifat berubah-rubah ,mudah
hanyut dan tidak toleran, menunjukan kekerasan dan kemarahan orang-orang
primitive . Para wanita, anak-anak,orang
liar ,dan kelas bawah yang bekerja dibawah pengaruh saraf tulang belakang. “
Lebon Yakin bahwa perilaku agresif dan tidak bermoral yang diperlihatkan oleh
gerombolan yang main hakim sendiri(menurut pandangannya dilakukan pula oleh
orang-orang kelas bawah selama revolusi Perancis)
Walaupun jelas terdapat prasangka, pengamatan
Lebon tampaknya mengandung kesahihan, imbangan yang modren pada teorinya yang
didasarkan pada konsep deindividuasi, suatu gagasan yang semula dikemukakan
bahwa kondisi tertentu yang seringkali muncul dalam kelmpok dapat menyebabkan
orang-orang mengalami suatu keadaan Psikologis Deinviduasi.
Contohnya:
-
Orang-orang
bergerombol dalam vestival rock akan lebih mungkin melanggar norma sosial
-
Lebih dari 900
orang pengikut aliran kepercayaan pimpinan Jim Jones mentaati perintah pemimpin
yang Kharismatik dapat menimbulkan pengaruh yang sangat kuat pada tindakan
manusia ( bunuh diri masal di Jonestown, Guyana)
INTERVENSI
ORANG LUAR
Kemudahan sosial sekaligus merupakan bentuk
primitif pengaruh sosial, sebagian bergantung pada penafsiran seseorang tentang
apa yang dikerjakan dan yang dipikirkan orang lain namun seperti yang kita
lihat, proses penentuan atau penafsiran situasi itu seringkali merupakan
mekanisme yang penting bagi manusia untuk saling mempengaruhi.
Pada
tahun 1964 seorang wanita muda, Kitty Genovese dibunuh di luar rumahnya di New
York pada larut malam, karna dia melawan, kira-kira ada ada tetangganya
mendengarkan teriakan setelah lebih dari setengah jam tetapi tidak seorangpun
yang menolongnya.
Pakar psikologi sosial mulai menyelidiki sebab
yang semula dia acuh sebagai “ apati orang luar (by stander apathy) “. Dari
hasil penyelidikan ternyata bahwa apati bukan merupakan istilah yang akurat.
Bukan hanya acuh yang mencegah orang luar untuk turut campur tangan dalam
keadaan darurat, tetapi juga hal-hal lain. Dalam kondisi darurat berada pada
posisi yang tidak begitu diinginkan.
Menentukan
situasi kebanyakan terjadinya keadaan darurat menimbulkan keragu-raguan.
Berdasarkan perkembanganlah suatu keadaan yang disebut keacuhan pluraristik
yaitu setiap orang dalam kelompok itu menyesatkan orang lain dengan menganggap
situasinya bukan keadaan darurat. Sebaliknya kerumunan menghanyutkan setiap
orang kedalam keadaan tidak bertindak mungkin malah merupakan hal yang lebih
umum.
PERAN
INFORMASI
Peran informasi dalam hal ini dicobakan pada
mahasiswi S1 diperlihatkan film suatu kejadian tentang intervensi orang luar.
Dari hasil ini ada suatu perbedaan yang signifikan secara statistik untuk
kepentingan masyarakat umum.
KESESUAIAN
KEPATUHAN
PEMBENTUKAN
NORMA DALAM SITUASI YANG TAKSA (AMBIGU)
Kaidah
yang merupakan konsesus bersama tentang cara berprilaku yang layak dalam
berbagai situasi tertentu. Orang biasanya menyesuaikan diri dengan norma
seperti itu hampir tanpa merasa adanya tekanan dari luar untuk melakukannya.
Sebetulnya kita tetap tidak menyadari sebagian besar norma sosial sampai ada
seseorang yang melanggarnya.
Kita
sangat menyadari adanya norma sosial bila kita mengunjungi negara lain, mungkin
negara yang memandang layak seseorang mengorek hidungnya didepan umum dan
memandang bergandengan tangan didepan umum sebaliknya tidak layak.
PENYESUAIAN
TERHADAP TEKANAN KHALAYAK
Banyak
orang menafsirkan telaah sherif sebagai anggapan bahwa manusia adalah spesies
yang secara membabi buta menyesuaikan diri, suatu anggapan yang merisaukan
pakar psikologi sosial lain saat itu.
Dalam
situasi seperti itu menggunakan orang lain sebagai suatu kerangka acuan tampaknya masuk akal.
Situasi jauh lebih ekstrim. Disini individu
dihadapkan pada ketidak sepakatan yang bulat tentang fisik yang sederhana,
peristiwa ganjil yang tidak pernah terjadinya sebelum.
Kepatuhan
pada Pennguasa ( pimpinan )
Tingkat
kepatuhan terhadap pimpinan merupakan suautu hal yang di perlukan dalam suatu
kelompok. Hal ini di buktikan dengan percobaan yang di lakukan oleh Stanley
Milgram ( 1963, 1974) Ia membuktikan
bahwa kepatuhan terhadap penguasa/
pimpinan merupakan perdyaratan penting
untuk hidup bermasyarakat yan mungkin telah terbentuk melalui evoluasi.
Ada
lima faktor yang memungkinkan orang untuk melepasakan otonom dan kemudian
secara sukarela menjadi sistem yang ada.
Yaitu :
a. Jenjang Keterperangkapan
Seseorang yang
sudah masuk pada suatu sistem tertentu maka ia akan sulit untuk
menghentikannya. Artinya setelah subjek masuk dalam sebuah keterperangkan maka
ia akan teruss melakukannya prilaku yanng di inginkan , sehingga kepatuhan ini
akan timul
b. Etiket situasi
Subjek sudah terikat pada suatu situasi yang
mengharuskan untuk melakuukan dan petuh terhadap apa yang di perintah oleh
penguasa.
c. Buffer ( Penahan )
Seseorang
melaksanakan kepatuhan terhadap penguasa
di karenahan adanya suatu penahan yang
memungkinkan seorang tidak secara langsung membuat suatu perintah serta tidak
langsung menanggung resiko yang tetrjadi.
d. Pengawasan
Pengawasan
langsung dari penguasa akan meningkatkan tingkat kepatuhan oleh subjek.
e. Kekuasaan dan ideologi overarcing
Faktorr penting yanag menimbulkan kepatuhann adalah penerimaan akan sebuah ideologi yang
mengabsahkan kekuasaan orangyang
berkuasa dan membenarkan instrukdinya.
PSIKOLOGI
LINGKUNGAN
Di
dasari pada suatu sikap saling
mempengaruhi dengan berbagai cara, dan juga lingkungan fisik turut mempengaruhi kita.
Sehingga timbulan kajian tentang psikologi Lingkungan. Salah satu kajian dari psikologi lingkungan adalah
mengetahui dampak kebisingan dan kepadatan penduduk.
a.
Dampak Kebisingan
Kebisingan
baik yang permanen maupun yang tidak permanen mempengaruhi tingkat
kosentrasi dan kinerja seseorang terutama dalam
menyelesaikan lebih dari satu tugas.
Kebisingan yang tidak di ramalkan meengakibatkan kesalahan yang lebih banyak
dari pada kebisingan atau kegaduhan yang
permanen.
Salah satu upaya untuk bisa mengurangi dampak negatip adalah dengan “Pengendalian”. Suatu penelitian mengungkapkan bahawa siswa
yang sekolah di lingkungan yang bising ( di Kota Besar ) mempunyai tekanan
darah yang lebih tinggi dan mudah
mengalami kekacauan pikiran di banding dengan siswa yang sekolah di
lingkungan tenang ( di perkampungan )
b.
Dampak kepadatan
manusia
Suatu penelitian dengan subjek hewan menyimpulkan bahwa dampak dari
kondisi yang penuh sesak adalah
meningkatnya gresifitas, prilaku abnormal, gaangguan fisik, pengabaian
bayi dan kematian yang tinggi.
Korelasi dengan kepadatan penduduk adalah
berkorelasi positip dengan penyakit
jiwa. Dan timbulnya tindak kejahatan.
Kepadatan penduduk di bagi menjadi dua yaitu
kepadatan luar atau di kenal denga
kepadatan ( jumlah orang / Km ) dan
kepadatan dalam ( jumlah orang dalam satu rumah )
Kepadatan dalam lebih berkorelasi dengan tanda
penyakit sosial , satu penelitian mengungkapkan bahwa kepadatan dalam satu kamar di suatu rumah berkorelasi positip dengan rata-rata kematian
dan kejahatan remaja yang lebih tinggi.
Namun demikian
teori ini masih terbantahkan oleh
teori-teori yang mengungkapkan bahwa
kepadatan orang dalam satu rumah tidak berkorelasi dengan tingkat kejahatan.
Timbulnya frustasi karena kepadatan dalam suatu rumah adalah
karena ketidak mampuan mengatur jumlah, waktu dan sifat perjumpaan sosial. Hal
ini membuktikan bahwa tidak adanya
kendali seseorang atas lingkungan menyebabkan perasaan tidak berdaya yang pada
gilirannya akan mengakibatkan orang itu menarik diri dan tidak lagi berupaya walaupun di tempatkan pada situasi
yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar